Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menceritakan pengalamannya diundang berbicara di panggung utama KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim (COP28) awal Desember 2023. Saat itu dia mengaku kaget karena biasanya ia hanya diundang untuk berbicara di paviliun, bukan di panggung utama. Namun kal ini dia diminta tampil di panggung yang sama seperti para kepala negara dunia. "Biasanya kami ngomong di paviliun. Ini di main stage. Saya bilang, 'Ini main stage bukannya untuk kepala negara?' 'Betul, Pak.' Waduh. Dredeg saya," katanya dalam acara PLN Journalist Award 2023 di kantor pusat PLN, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2024) malam.
Saat itu, Darmawan harus memutar otak mengenai apa yang akan ia sampaikan kepada publik internasional. Ia menilai ini perlu dirumuskan dengan rasa. Dia kemudian berhasil merumuskan materi yang akan disampaikan. Kurang lebih begini isinya. "Perjalanan umat manusia terancam karena bumi semakin memanas. Kita harus mengurangi emisi gas rumah kaca. PLN hadir di sini untuk menyatakan komitmen penuh kami terhadap hal tersebut."
"Bagaimana kami akan menjalankan aksi kami? Tiga tahun yang lalu kami menghapus 13 Giga Watt [PLTU], menghindari 1,8 miliar metrik ton emisi CO2 dalam jangka waktu 25 tahun." Cerita Bos PLN di COP28: Kita Pemimpin Dalam Memerangi Perubahan Iklim Bersatu Perangi Krisis Perubahan Iklim, PLN dan Huawei Bentuk Joint Innovation Center di Jakarta
Apa Arti Penanganan Perubahan Iklim 2024, Ini Dampak dan Cara Mengatasi Perubahan Iklim Profil Rahmijati Jahja Bakal Calon DPD RI Dapil Gorontalo di Pemilu 2024 WHO: Perubahan Iklim Ancaman Terbesar Kesehatan Manusia
AI: Harapan Baru untuk Pengelolaan Air di Era Perubahan Iklim Adaptasi Perubahan Iklim, Kementan Siap Tingkatkan Produktivitas Pertanian Hadapi perubahan iklim, Limbah Organik Diubah Jadi Biochar
"Apakah itu cukup? Tidak, itu belum cukup. 1,1 Giga Watt [PLTU] tidak hanya dihilangkan, tetapi diganti dengan energi terbarukan. Apakah itu cukup? Tidak, itu belum cukup. Pada saat itu kami meluncurkan rencana kelistrikan nasional paling hijau dalam sejarah Indonesia. Apakah itu cukup? Tidak, itu belum cukup. Kami meluncurkan net zero emission pada tahun 2060." "Pertanyaannya, mengapa kami melakukan ini? Kami melakukan ini bukan hanya karena perjanjian internasional. Protokol Kyoto atau Perjanjian Paris. Kami melakukan ini karena kami memang peduli. Kami peduli akan masa depan para generasi mendatang harus lebih baik dari kita sekarang ini." "Di masa lalu, tugas utama PLN hanya menyediakan listrik. Namun, sekarang tugas kami adalah untuk menjaga lingkungan. Have a nice day."
Darmawan kemudian melanjutkan ceritanya, bahwa apa yang dibicarakan oleh para pembicara setelah dirinya masih sebatas bagaimana mekanisme carbon offset. Tak hanya itu, apa yang dibicarakan pembicara lain saat itu juga masih sebatas bagaimana mempensiunkan PLTU harus menggunakan dana internasional. "Kita sudah menghapus 13 GW PLTU. Di planning phase 13 GW sudah kita hapus. Mereka baru berbicara mengenai carbon offset mekanismenya seperti apa dan mereka meminta agar kalau mau mempensiunkan PLTU harus ada dana internasional."
"Kita enggak ada dana International, kita hapus hapus wae. Kenapa? Karena kami memang peduli," ujar Darmawan. Dari situ, ia sadar bahwa saat ini Indonesia di dunia internasional berada di garda terdepan dalam peperangan melawan perubahan iklim. "Kita mengambil peran pemimpin dalam memerangi perubahan iklim. Bukan level nasional, bukan level regional, tetapi dunia," pungkas Darmawan.
