Latest Post

Mengenal Lebih Dalam Akan Jenis Oil Flow Meter & Fungsinya Untuk Kebutuhan Anda Cilantro Thai To Go Restoran Menikmati Masakan Kuliner Thailand

Jakarta -Diabetes tipe 2 merupakan sebuah kondisi ketika kadar gula darah melebihi nilai normal akibat resistensi insulin.

Jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat menyebabkan risiko gangguan serius pada jantung, mata, dan saraf dalam tubuh.

Ketika kadar gula darah atau glukosa meningkat, pankreas akan melepaskan insulin.

Hal ini menyebabkan glukosa berpindah dari darah ke sel-sel untuk menyediakan energi.

Saat kadar glukosa dalam darah turun, maka pankreas akan berhenti melepaskan insulin.

Diabetes tipe 2 memengaruhi cara tubuh memetabolisme gula.

Dengan diabetes tipe 2, pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau tubuh menjadi resisten terhadap aksinya.

Hal ini menyebabkan hiperglikemia, ketika glukosa menumpuk dalam darah.

Dilansir dari laman National Library of Medicine, perkembangan diabetes terutama kontrol glikemik yang buruk, menyebabkan banyak komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa.

Hampir setengah dari orang dewasa dengan penyakit ginjal kronis berasal dari populasi diabetes.

Berdasarkan data yang diterima, terdapat 9,8 persen penderita diabetes pernah mengalami serangan jantung, 9,1 persen menderita penyakit arteri koroner (CAD), 7,9 persen mengalami gagal jantung kongestif, 6,6 persen mengalami stroke.

Selain itu, lebih dari seperempatnya, yaitu 27,8 persen menderita penyakit ginjal kronis, 22,9 persen memiliki masalah pada kaki dan 18,9 persen mengalami kerusakan mata.

Mengutip dari laman Web MD, meskipun tidak ada obat untuk diabetes tipe 2, penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang dapat membalikkannya.

Melalui perubahan pola makan dan penurunan berat badan, sehingga dapat mencapai dan mempertahankan kadar gula darah normal tanpa obat.

Namun cara ini tidak akan membuat penderita diabetes tipe 2 sembuh karena penyakit ini berkelanjutan.

Sel-sel yang membantu tubuh penderita akan berhenti bekerja dengan benar.

Bahkan jika kadar gula darah tetap dalam kisaran yang sehat, selalu ada kemungkinan gejala akan kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *